Skip to main content

mencari tuhan from panca blogg

Malam ini entah malam keberapa aku duduk di taman ini. Aku sengaja menyepi dan menepi. membiarkan tubuh kasarku larut dalam embun pagi, larut dalam bau wangi taman, larut dalam hembusan angin. Tapi sungguh mati, aku tak tahu apakah batinku juga ikut larut dalam alam sekelilingku. Ah persetan!

Kutatap langit di atas kepalaku. Di sana sepotong rembulan tersenyum ringan. ia lalu mendekap dan berbisik lirih, hai lelaki kesepian, apa yang kau cari di tanam itu?"
"Tuhan!",
"Kau cari Tuhan?"
"Ya benar, aku cari Tuhan"
"hmm...mencari Tuhan?" ia tersenyum. Senyumnya membias kecut.
"Kau cemburu?" tanyaku.
"Aku cemburu?" ia tersenyum lalu tertawa ngakak..ha ha ha..
"kalau tidak cemburu kenapa mengusikku"
"hei lelaki kesepian, apakah hari ini Tuhan tak bersamamu?"
"Entahlah..."
"Lihatlah bunga-bunga itu, lihatlah daun-daun yang ada di sekelilingmu. Tuhan ada di situ!"

Aku menoleh memeriksa segala yang ada di depan mataku. Ada ratusan atau mungkin seribuan bunga di taman ini. Kupetik salah satu diantaranya. Kucium bau wanginya, kuraba lekuk-lekuknya. "Benarkah ada Tuhan di sini?" Aku membatin.

"Hai lelaki kesepian, kau telah temukan Tuhan di pucuk bunga itu?"
"Tidak"
"Kau tak akan menemukan Tuhan di puncak bunga itu, jika kau tak menyatu dengannya."
"Menyatu?" Apa itu?"
"Ah dasar lelaki goblok. Kau bodoh!", ejeknya lalu tertawa.
"Kalau Tuhan ada di sini tolong tunjukkan di mana Dia?" tanpa sadar, aku ternyata telah mengiba. Tapi ia justru meninggalkanku. Menyatu dengan mendung. Aku kehulangan. Sepotong rembulan itu hanya mengirimkan sepotong sajak.

Jika kau ingin bertemu dengan Tuhan,
Taburkanlah bunga di hatimu.
Jika kau rindu dengan Tuhan,
Tanamlah bunga di setiap lekuk-lekuk tubuhmu.
Hari ini Tuhan tak bersamamu
Karena kau lupa dengan bunga-Nya.



Sampai di rumah kugali sepotong sajak itu. Ternyata aku telah berbulan-bulan melupakan bunga di tubuhku. Isteri dan anak-anak telah lama kutinggalkan karena sibuk menyepi dan menepi. Pantas hari ini Tuhan tak kutemukan. Pantas Tuhan tak bersamaku karena Dia telah lama tergolek lesu di pucuk-pucuk bungaku.

"Maafkanlah aku Tuhan."
"Maafkan aku wahai bungaku"

Popular posts from this blog

game nfsu

akhir2 ini aku keranjingan main game nfsu dan ini ku coba untuk mengupdate jenis mobil Acura RSX (Custom): Information in this section was contributed by DoughnutMaster13. Body Front Bumper: Vortex Rear Bumper: Spyder Side Skirts: Crank Spoiler: Ground Master Roof Scoop: Typhoon Dual Headlights: Elan Taillights: Chrome Mirrors: Streetstack Muffler Tip: Rocket Rims: Lexani Enfinity 19" Paint Base: Pearlescent, second row, second from left, dark blue Roof Scoop: Same as base Spoiler: Same as base Mirrors: Same as base Rims: Stock Brakes: Red Engine: Red Muffler Tip: Chrome Vinyl Bottom layer: Top layer, Demon Color 1: Yellow Color 2: White Specialties gauges: Retro, White, White, Red Neon: All neon is red Tint: Dark pearl black Lights: Xenon 8000k Purge: Type 3 red Hydraulics: Level 3 Audio Layout: Custom Slot 1 : Kenwood LCD 5.5' Slot 2 : Crossover small Slot 3 : MTX sub 12" Slot 4 : MTX sub 12" Slot 5 : JL audio amp 1000 watts

Para Penjilat

Para Penjilat Naskah Monolog Toga Nainggolan Aku : perkenalkan saya, hmmm…siapa ya???( dengan wajah pura-pura tahu ). Sebut saja saya Robert, atau Michael. Ya hanya nama itu yang bisa mencerminkan betapa kayanya saya. (   berjalan-jalan mengelilingi stage, sambil berpikir lagi   ) Aku : aku memang kaya, tapi maaf saya bukan maksud hati untuk sombong atau congkak, tapi buat apa minta maaf, iya khan?( dengan wajah sinis ) (   duduk dikursi sambil mengangkat kaki satu keatasnya   ) Aku :kalian tahu, sebenarnya saya ini ramah, sudah kaya pula. Tapi kenapa kalian-kalian memaksa ku menjadi begini?( dengan nada marah )
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata; sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku, Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku. Betapa dapat aku mendesahkannya? Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana Kepada siapa aku akan menyanyikannya? Dia tersimpan dalam relung sukmaku Karena aku risau, dia akan terhempas Di telinga pendengaran yang keras. Pabila kutatap penglihatan batinku Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, Dan pabila kusentuh hujung jemariku Terasa getaran kehadirannya. Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan. Air mataku menandai sendu Bagai titik-titik embun syahdu Yang membongkarkan rahasia mawar layu. Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, Dan disingkirkan oleh kebisingan, Dan dilipat oleh kebenaran, Dan diulang-ulan